Wednesday, January 25, 2017

Proyek No. 38 : Sarden Ikan Salem




Ikan Salem ini salah satu ikan favorit saya. Dagingnya tebel, padet dan gurih kayak Ikan Tongkol. Biasanya sih suka dimasak balado, dibikin siomay murah meriah (alternatif selain Ikan Tenggiri) ato dimasak cabe ijo ( Proyek 24 : Ikan Salem Tumis Cabe Ijo). Nah kali ini entah kenapa pengen nyoba bikin sarden pake Ikan Salem. Di bayangan tuh, kayaknya bakal mirip makarel-nya gitu. Hmm, jadi ngeces sendiri ngebayanginnya hehe. Pokoknya harus bisa dan rasanya harus sama kayak sarden kalengan.

Maka berburulah saya Ikan Salem di tukang sayur. Dapet dan langsung dieksekusi. Yang jadi masalah adalah tulang ikan. Kalo sarden kalengan kan duri atau tulang ikannya bisa dimakan karena empuk, nah ini pasti nggak bisa. Yap, saya belum punya panci presto. Entah kenapa sampe sekarang belum kepikiran untuk beli panci itu, masih suka pake panci biasa aja. Mungkin sehabis sukses bikin sarden ini, saya bakal tertarik untuk beli deh, hehe. Nah, balik lagi ke masalah tulang tadi, maka untuk meminimalisir gangguan durinya (terutama bagian sirip dan sekitar rongga perut), saya matengin dulu Ikan Salemnya dengan cara direbus bersama bawang putih dan jahe. Maksudnya kalo udah mateng kan gampang nyabutin durinya plus biar keliatan cantik. Penambahan bawang putih sama jahe sih supaya nanti bau ikannnya berkurang.

Untuk bumbunya, saya nggak mau yang ribet-ribet. Asli, pengen mirip seperti sarden yang baru dibuka dari kaleng. Polosan aja. Setelah itu sih nanti gampang, tinggal diolah lagi aja mau dimasak kayak gimana. Nah jadi saya cuma pake tomat, bawang putih, bawang bombay, jahe dan lada hitam. Untuk tomat, selain pake tomat asli yang diblender, saya juga pake tambahan saus tomat. Maksudnya sih biar warnanya jadi lebih merah nantinya.

Jadi sehabis Ikan Salem matang dan dibersihkan dari duri, siapkan panci lalu tumis bawang putih dan bawang bombay beserta jahe. Setelah wangi, kecilkan api lalu masukan ikannya. Tambahkan tomat yang sudah diblender, saos tomat, lada hitam, gula dan garam. Tambahkan air sampai ikan seluruhnya terendam agar sausnya nanti meresap. Penambahan air bisa diulang saat nanti sausnya menyusut (jika ingin ikannya bener-bener empuk, bisa dimasak lebih lama).

Begitu matang, saya udah nggak sabar aja pengen nyicip. Nyoba nyubit secuil, hmmm...malah nggak tahan pengen nyomot nasi juga. Ah enak! Rasanya mirip makarel kalengan, cuma nggak seempuk yang kalengan aja bedanya. Tapi kalo rasa, sama lho. Bumbunya malah tambah meresap kalo diangetin lagi untuk disantap besok. Terbukti waktu disajikan, Si Teteh sama Si Aa mengakui kalo Ikan Salemnya enak mirip sarden kalengan, hihi. Satu aja komplen mereka, tulang ikan bagian tengahnya keras nggak bisa dimakan, nggak kayak sarden beneran. Hmm, kayaknya memang kudu beli panci presto nih! 


Resep Sarden Ikan Salem

Bahan-bahan:
  • 5 bh Ikan Salem. Buang kepala dan bersihkan kotorannya. Potong sesuai selera lalu beri jeruk nipis. Cuci.
  • 6 bh tomat, rebus lalu blender
  • 5 bh bawang putih, haluskan
  • 1 bh bawang bombay, cincang
  • 1 cm jahe, iris-iris
  • 150 ml saus tomat
  • 1 sdt lada hitam
  • 1 sdm garam
  • 3-4 sdm gula pasir
  • 1 liter air


Cara membuat :

  1. Rebus Ikan bersama bawang putih geprek dan irisan jahe selama 5 menit. Angkat ikan setelah dingin, buang duri bagian sirip dan rongga perut. Sisihkan.
  2. Tumis bawang putih, bawang bombay dan jahe hingga wangi
  3. Masukan ikan yang sudah dibersihkan
  4. Tambahkan tomat blender, saus tomat, lada hitam, gula dan garam. Beri air hingga permukaan ikan terendam. Masak hingga air menyusut. Tambahkan lagi air hingga kembali menyusut dan ikan cukup empuk. Jangan lupa cek rasa.
  5. Matikan api. Biarkan sejenak agar semakin meresap
  6. Sajikan langsung atau bisa dimasak lagi dengan bumbu lainnya










Thursday, January 19, 2017

Proyek No.37 : Crispy Chicken A la Shihlin




Pernah beli Crispy Chicken Shihlin? Itu lho, jajanan khas Taiwan yang booth-nya suka nyempil di mall dan pembelinya antri panjang. Si Teteh suka banget beli Shihlin. Seringnya sih beli XXL Crispy Chicken dan emang lumayan enak sih. Ayam goreng renyah Shihlin ini berupa fillet dada ayam yang diiris tipis lalu dibalur tepung, digoreng lalu digunting-gunting dan ditaburi bumbu. Bumbunya sendiri ada beberapa rasa seperti original, rumput laut atau barbeque. Cara makannya ditusuk pake tusuk sate setelah ayamnya dimasukin ke kantong kertas. Jadi memang digadoin gitu makannya dan paling enak saat masih panas.

Nah, seperti biasa, kalo ada jajanan yang enak, anak-anak suka nyuruh emaknya nyoba bikin sendiri di rumah. Tak terkecuali nyuruh nyoba bikin Chicken Shihlin ini. Heuuh, dikira gampang kali ya? Itu tepungnya, kan khas banget. Teksturnya ringan, renyah trus kayak ada bruntus-bruntus, bintil kecil-kecil gitu. Gimana coba? Well, ada sih yang jual tepung Shihlin gitu di internet, pernah liat di Instagram. Tapi, kenapa nggak coba bikin sendiri aja tepungnya? Lah-lah, jadi tertantang juga akhirnya, hihi.

Langkah pertama yang dilakukan adalah sudah tentu Googling, cari tau bahan dasar dan cara membuatnya. Banyak resep dan banyak versi, Sodara-sodara. Tapi seperti biasa, saya akhirnya lebih pilih untuk berimpovisasi, disesuaikan dengan kondisi bahan yang ada di dapur.

Bahan utama yang harus disiapkan  tentu saja fillet dada ayam, tepung khas Shihlin dan bumbu taburan. Untuk fillet dada ayam, nggak susah di dapat. Di supermarket dan tukang sayur komplek juga ada. Untuk bumbu taburan,  saya pilih yang rasa original karena gampang. Bahannya dari garam, bubuk lada, bubuk cabai, bubuk bawang putih dan satu nih yang khas yaitu bumbu Ngo Hiong. Apa itu bumbu Ngo Hiong? Bumbu Ngo Hiong atau dikenal juga dengan sebutan Chinese Five Spice Powder (bumbu 5 rempah) adalah bumbu yang sangat populer dalam masakan Cina. Bumbu ini merupakan perpaduan dari rempah-rempah seperti pekak/bunga lawang, lada, kayu manis, jinten, kapulaga, pala, cengkeh, adas dan ketumbar. Nggak usah repot-repot nge-grinder deh, di supermarket  juga banyak kok yang jual jadi.



Bumbu taburan beres, nah yang paling susah adalah soal tepung. Tepung ini nih yang bikin bingung, karena ternyata di Taiwan sana, tepung yang dipakai untuk bikin crispy chicken ini adalah tepung Yam alias tepung ubi. Hayo, beli di mana coba kalo tepung beginian? Susah nyarinya kan. Mungkin ini rahasianya mengapa tekstur tepung ayam Shihlin ini beda dari tepung fried chicken biasa. Jadiii, bereksperimenlah saya di dapur demi mendapatkan tekstur bruntus-bruntus kecil renyah khas Shihlin.

Ok, setelah sering memperhatikan bagaimana Mbak-mbak Shihlin membuat Crispy Chicken di dapur terbukanya, saya jadi tau sedikit prosesnya. Tepung yang dipakai ternyata emang teksturnya udah bergerindil dari sono-nya. Jadi bruntusnya itu bukan dihasilkan dari proses penggorengan. Nah, untuk menghasilkan gerindil-gerindil tadi, maka saya coba mencampur tepung dengan sedikit air. Oh iya, agar hasilnya renyah, saya pakai 3 jenis tepung yaitu tepung tapioka, tepung maizena dan tepung beras dengan diberi sedikit garam. Mungkin bisa aja ditambahkan baking powder untuk menambah kerenyahan, tapi saya nggak pake. Nah trus, campur semuanya jadi satu lalu beri sedikit air, kira-kira 100-50 ml atau dikira-kira aja. Remas-remas agar tepung menjadi lembab dan muncul tekstur bergerindil. Done, sisihkan. Siap-siap liat hasilnya nanti ya! Hehe..


Untuk ayamnya, ambil fillet dada yang cukup besar lalu potong 2 bagian. Tiap satu bagian dibelah lagi menjadi dua bagian dengan cara mengiris bagian tengah sisinya tapi jangan dibuat putus. Lebarkan atau buka bagian yang sudah dibelah tadi. Iris lagi sisi masing-masing bagian hingga daging bisa  semakin melebar. Hati-hati ya mengirisnya jangan sampai ketipisan. Pukul-pukul daging ayam, jangan terlalu keras agar tidak hancur. Jika terlalu besar, daging bisa dipotong 2 atau kalo mau utuh segede gambreng juga  boleh, asal nanti saat digorengnya harus terendam semua ya!

 
 
 
 

Setelah itu, rendam irisan ayam tadi dalam susu cair yang telah dibubuhi sedikit garam dan lada. Tujuannya sih agar dagingnya memiliki rasa dan meminimalisir bau ayamnya. Diamkan dalam lemari es selama 1 jam atau lebih. Keluarkan daging, balur ke tepung yang sudah disiapkan lalu goreng dalam minyak yang sudah panas. Harus terendam semua ya agar matang merata. Setelah nampak kuning keemasan, angkat. Taburi dengan bumbu lalu potong-potong. Rasanya, weh pasti terkaget-kaget sendiri. Nggak jauh beda dengan Crispy Chicken Shihlin beneran deh! Kulitnya renyah, ringan, bruntus-bruntusnya, aroma dan rasanya, ah mirip pokoknya. Anak-anak suka banget, malahan minta dibuatkan stok yang banyak di kulkas. Waduh. Lumayan sih, nggak usah jauh-jauh ke mall kalo mau ayam Shihlin dan tentu aja lebih hemat kalo bikin sendiri. Alhamdulillah...berhasil! Mau nyoba juga? Hayu liat resep Crispy Chicken A la Shihlin versi saya...

Resep Crispy Chicken A la Shihlin

Bahan :
  • 1 bh fillet dada ayam, buat menjadi beberapa irisan lebar (lihat caranya di atas)
  • 1 gelas susu cair 
  • 1/2 sdt garam
  • 1/2 sdt lada bubuk
Bahan tepung :
  • 100 gr tepung beras
  • 100 gr tepung tapioka
  • 50 gr tepung maizena
  • 1 sdt garam
  • 100-50 ml air
Bahan bumbu original :
  • 1 sdm cabe bubuk (atau sesuai selera) 
  • 1 sdt bumbu Ngo Hiong
  • 1 sdt garam
  • 1 sdt bawang putih bubuk
  • 1/2 sdt lada bubuk
  • 1/2 sdt kaldu bubuk (optional)
Campur semua menjadi satu


Cara membuat :
  1. Rendam semua irisan ayam yang sudah dilebarkan ke dalam susu cair yang telah dibubuhi garam dan lada. Diamkan dalam lemari es kurang lebih selama 1 jam.
  2. Tepung : Campurkan semua bahan tepung dan garam. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diremas-remas hingga nampak bergerindil.
  3. Panaskan minyak dengan api sedang.
  4. Keluarkan ayam dari kulkas. Ambil satu lembar lalu balur dengan tepung hingga seluruh permukaannya tertutup. Goreng ke dalam minyak yang sudah panas. Setelah warna kuning keemasan, angkat.
  5. Potong-potong, taburi dengan bumbu original
  6. Sajikan 















Friday, January 13, 2017

Citra Cikopo Hotel & Resort




Minggu lalu, setelah lama nggak nemenin sepedahan, suami akhirnya berbaik hati ngajak ke Puncak lagi. Hotel yang kali ini dicoba adalah hotel yang memang diincer suami dari dulu. Suami saya selalu pengen bawa keluarga besarnya liburan ke hotel ini. Tempatnya luas, asri dan kamarnya berupa cottage rumah kayu. Citra Cikopo Hotel & Resort.

Lokasi Citra Cikopo ini terbilang mudah dijangkau, nggak terlalu jauh masuk ke pelosok. Kira-kira sekitar 600-800 meteran, nggak nyampe 1 km deh dari Jalan Raya Puncak (soalnya sempet jalan kaki dari hotel sampe ke depan Jalan Raya Puncak, nggak ngos-ngosan tuh). Kalo dari arah Gadog, lokasinya ada di sebelah kanan, sehabis Cimory Riverside dan Bakmi Golek. Dijamin mudah banget nyarinya, karena penunjuk arahnya cukup besar dan jelas. Oh iya, arahnya sama kalo kita mau ke Jimmers ( baca Jimmers Mountain Resort ).

 

Kenapa nginep di sini? Ya itu tadi, karena suami dari dulu ngebet banget pengen bawa keluarga besarnya ke sini. Tertarik dengan bangunan cottage-nya yang terbuat dari kayu serta suasana hotelnya yang asri hijau serta luas. Kalo bawa keluarga besar, sepertinya seru. Bisa sewa satu cottage untuk rame-rame. Apalagi pemandangannya indah, luas, anak-anak bisa lari-lari main di luar atau berenang sepuasnya.

Untuk budget kali ini, suami lagi royal. Mumpung lagi Tahun Baru dan masih awal bulan (dompetnya masih rada tebelan, hehe) jadi boleh nginep di hotel yang agak wah katanya. Jadi, kesampean deh menjajal hotel ini. Apalagi begitu ditelp, masih ada cottage yang kosong. Harganya di bawah 1 jutaan pula. Alhamdulillah, rezeki mah nggak ke mana.

Perjalanan menuju ke Puncak lumayan lancar meskipun masih terbilang hari libur sekolah. Ya sedikit tersendat sih di Gadog tapi nggak terlalu parah. Kami tiba di Citra Cikopo menjelang sore (berangkat sehabis Dzuhur dari Tangerang). Saat kami tiba, suasana agak mendung dan udara sejuk mulai terasa dingin. Di beberapa tempat, nampak terlihat aktivitas gathering karyawan yang tengah berlangsung. Citra Cikopo ini memang sering sekali dipakai perusahaan atau instansi untuk kegiatan gathering. Karena cottage-nya lumayan banyak dan tempatnya memang luas. Sejauh mata memandang, yang nampak adalah hamparan rumput hijau dan bunga warna-warni. Seger banget!



Berhubung sebelumnya udah booking, nggak perlu nunggu lama, kami akhirnya diantar ke cottage. Cottage kami jenis yang paling kecil dan ehm...murah. Sebenernya nggak murah juga sih, malah lumayan mahal.Tapi kalo dibandingin dengan tipe lain, cottage kami emang paling murah (tapi tetep weh buat kami mah mahal, hiks!). 

Jadi di Citra Cikopo ini ada beberapa jenis cottage. 
  • President Suite, 2 lantai dengan 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah & dapur
  • Mountain View, 2 lantai dengan 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah & dapur
  • Deluxe, 2 lantai dengan 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah & dapur
  • Superior, 2 lantai dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah & dapur
  • Standard, 1 lantai dengan 1 kamar tidur, kamar mandi & dapur
  • Mini Studio, 1 kamar tidur & kamar mandi
Jadi tau dong, tipe apa yang kami ambil? Yup, Mini Studio. Well, tadinya kami pikir cottage tipe Mini Studio ini bakal lumayan besar. Tapi begitu kami masuk ke dalam, agak terkejut juga. Ternyata ruangannya cukup imut, ukurannya cuma sekitar 4 m x 2,5 m. Ternyata tuh nggak se-'Studio' yang kami kira, haha.






































Jadi begitu pintu dibuka, langsung deh ketemu tempat tidur. Dalemannya nggak banyak perabotan, terdiri dari 1 buah tempat tidur, kamar mandi shower, kulkas mini, televisi, 1 kursi dan 1 meja kecil.



 












Untuk kamar mandi, dalemnya hanya ada closet dan shower air panas & air dingin. Nggak ada kaca atau wastafel. Peralatan mandi standar, kayak sikat gigi, sabun, shampo & shower cap. Cuma mungkin pas giliran kami menginap, house keeper-nya kelupaan naruh sikat gigi-nya kali ya? Hehehe



















Oh iya, karena nggak ada lemari pakaian, tas dan barang bawaan kami terpaksa bergeletakan di lantai. Mana bawaannya banyak bener, ada sepeda lagi. Haha, kebayang kan gimana sesaknya tuh ruangan. Kami berlima : Emak Bapaknya, 1 anak kecil, 2 ABG plus gembolan-gembolan layaknya pengungsi, tumplek semua di situ.
 
Hehehe, pengennya sih dapet yang legaan dikit, tapi karena pengen ngirit, ya dapetnya yang sempit deh. Cocoknya sih kalo yang tipe Studio ini buat pasangan yang lagi Honeymoon ato keluarga kecil dengan 1 atau 2 balita. Buat keluarga yang anaknya besar-besar mah sebaiknya ngambil tipe cottage yang lebih gede, biar lebih nyaman tentunya. Tapi siapin budget-nya juga, ya! Soalnya lumayan mahal. Harga cottage selain tipe Mini Studio rata-rata di atas 1 jutaan per malam (sementara motto kami kalo nyari hotel, 'Hotel Bagus Nggak Harus Mahal Under 700 Rebu',  hihi)

Selesai turunin barang dari mobil, kegiatan selanjutnya apa lagi kalo bukan keliling-keliling. Maka bereksplorasilah saya dan anak-anak, melihat-lihat seluk beluk hotel ini. Sejauh mata memandang, hijau, hijau dan hijau!



Landscape-nya cantik. Hamparan rumput luas diselingi pepohonan dan tanaman hias tampak sangat asri, apalagi dengan adanya view pegunungan dan deretan cottage rumah panggung dari kayu, membuat pemandangan di hotel ini sangat indah. Suasananya sangat tenang, jauh dari kebisingan kota, bikin betah mereka yang ingin benar-benar kabur dari kepenatan kerja.






Puas berkeliling, akhirnya tiba waktunya untuk berenang! Si bungsu yang sedari tadi nggak henti-hentinya minta berenang, segera berlari ganti baju dan menyerbu kolam renang yang letaknya di atas. Suasana kolam renang mulai sepi karena emang sudah cukup sore. Saat yang lain selesai, kami malah baru turun ke kolam yang terbagi atas kolam dewasa dan kolam anak-anak.

















Puas berenang sampe menjelang maghrib, akhirnya kami balik ke kamar. Untuk makan malam, kami putuskan ke luar hotel tapi yang dekat-dekat saja. Maklum, suami mesti ngumpulin tenaga buat besok sepedahan. Sambil menunggu, kami pun menyalakan TV. Tapi sayang, rupanya saluran TV di cottage kami nggak memakai antena parabola atau TV berlangganan, masih pake antena UHF biasa. Heheh, sedih juga sih, nggak dapat saluran yang layak tonton. Semua saluran nggak jelas gambarnya, kresek-kresek, berbayang dan banyak semutnya. Makin sedih lagi, karena sepertinya cuma cottege Mini Studio aja yang TV-nya masih pake antena UHF, sementara cottage lain pake saluran berbayar (hiks!). Untuk wifi tersedia juga sih sebenarnya, tapi susah terkoneksi alias timbul tenggelam sinyalnya. Jadinya ya sudah, paketan aja, hehe.

Keesokan harinya, saat suami berangkat sepedahan, kami pun berkesempatan menikmati sarapan di restoran hotel. Standar seperti biasa, kami hanya mendapat jatah 2 kupon sarapan. Untuk ekstra, per orang dikenakan biaya 95 ribu, sedangkan untuk anak di bawah 5 tahun free alias gratis. Lumayan mahal juga ya? Berhubung Si Teteh perutnya lagi nggak enak, maka jatah sarapan diambil saya dan Si Aa. Sarapan mulai jam 7 pagi tapi kami baru datang ke restoran sekitar 7.30 an. Alhamdulillah, masih lengkap hidangannya meskipun ada yang tinggal sedikit.











Ada nasi putih, nasi uduk (atau nasi goreng ya? saya nggak begitu merhatiin), mi goreng, teri kacang, irisan telur dadar dan sosis.











Ada juga bubur ayam, bubur sumsum, roti, buah-buahan, kopi, teh dan jus jeruk.

Awalnya suasana di restoran lumayan ramai namun akhirnya berangsur-angsur sepi. Kebanyakan mereka yang sarapan adalah peserta gathering perusahaan kemarin yang langsung check out pagi ini.

   
 



Tadinya Si Aa cuma pengen sarapan sereal aja, yang nggak terlalu berat. Tapi karena nggak ada, akhirnya ngambil mi goreng, telur & sosis sementara saya ngambil bubur ayam.
Kelar sarapan, kami kembali ke cottage dan mulai beberes. Berhubung suami baru akan kembali ke hotel menjelang Dzuhur, kami harus udah siap-siap check out sendiri. Untuk check out waktunya adalah jam 12.00 sedangkan check in jam 14.00. Kalo check out-nya telat, bisa dikenakan biaya 50% dari harga sewa lho. Makanya kami langsung bebenah, semua tas dan gembolan lainnya mulai diangkut ke mobil. Pengennya sih berenang dan jalan-jalan lagi keliling hotel, tapi apa daya waktunya mepet. So, next time-lah ya. Mungkin bisa balik lagi ke sini dengan keluarga besar, bakal lebih seru kayaknya, hehe...mudah-mudahan, Aamiin.