Wednesday, April 30, 2014

Perkedel Kentang Garing Di Luar, Lembut Di Dalam



Kalau mau ngomongin perkedel kentang, kayaknya cuma perkedel kentang buatan Alm. Mamah yang pas di lidah, hehehe. So far sih, begitu. Kenapa? Karena selain perkedelnya berkulit renyah, begitu digigit, kentangnya terasa lembut dan rasa ladanya kuat. Beda dengan perkedel kentang yang biasa saya temukan di warung makan atau restoran. Biasanya kentangnya berminyak, kulit perkedelnya terbungkus lapisan telur dan beraroma seledri.

Perkedel kentang yang sering dibuat Mamah, bahannya sangat sederhana dan bikinnya simpel, cukup disendokin. Tapi biar pun sederhana, perkedelnya nagih banget. Nggak bakalan cukup makan satu. Cara bikinnya yaitu kentang yang sudah direbus, dibuang kulitnya lalu ditumbuk bersama garam, lada dan bawang putih. Lalu tambahkan telur. Aduk hingga tercampur rata lalu sendok adonan satu per satu ke minyak panas. Selesai.

Tiap kali Mamah bikin perkedel, selalu saja habis diserbu anak-anaknya sesaat setelah diangkat dari penggorengan. Jadi begitu hendak dihidangkan di meja, perkedelnya hanya tinggal beberapa potong saja, hahaha.

Seringnya sih, begitu saya yang bikin, perkedelnya suka hancur, kentangnya berantakan dan buih busa memenuhi penggorengan.   Padahal kalau Mamah yang masak, perkedelnya selalu bagus. Lonjong dan mulus.  Akhirnya, ketika saya disuruh masak perkedel lagi, saya coba tambahin tepung beras satu sendok ke adonan kentangnya. Dan Voila! Perkedelnya mulus dan tidak pecah lagi! Jadi sejak saat itu, saya selalu menambahkan satu atau dua sendok tepung beras ke dalam adonan perkedel kentang. Dijamin, perkedelnya  anti pecah deh!

Belakangan saya tau tentang perkedel kentang Bondon yang konon sangat terkenal di Bandung. Perkedel kentang ini dijual di sebuah warung makan sederhana di dekat Stasiun Hall dan pembelinya rela ngantri demi si perkedel ini. Saya memang belum pernah nyicip perkedel kentang Bandung itu, tapi melihat bentuk dan cara bikin perkedelnya, kok mirip perkedel si Mamah ya? Kentangnya dikukus/rebus, ditumbuk dan bikinnya disendokin. Next time, kalau ada kesempatan ke Bandung, pengen nyoba ah.


Resep Perkedel Kentang

Bahan :

2 buah kentang ukuran besar
2 siung bawang putih
1 sendok teh garam
1 sendok teh lada butiran
2 sendok makan tepung beras
1 butir telur

Cara membuat :
  • Kentang cuci bersih, potong-potong, lalu kukus hingga matang. Untuk mengetahui matangnya kentang, cukup tusuk dengan garpu. Jika terasa empuk, maka kentang sudah matang.
  • Haluskan lada, bawang putih dan garam.
  • Kentang yang sudah matang, lepas kulitnya. Tumbuk kentang bersama bumbu yang sudah dihaluskan.
  • Taruh kentang yang sudah ditumbuk halus ke dalam mangkuk. Masukan tepung beras dan 1 buah telur. Aduk sampai tercampur rata.
  • Sendoki adonan perkedel ke dalam penggorengan setelah minyaknya panas.
  • Sajikan 

Kukus kentang sampai empuk
Haluskan bawang putih, lada dan garam
Masukan kentang dan tumbuk halus bersama bumbu
Pindahkan adonan perkedel ke mangkuk. Masukan tepung beras dan telur, aduk rata
Goreng perkedel, sendoki bentuk lonjong

Perkedelnya simpel banget, bumbunya sederhana. Tapi begitu panas-panas masuk ke mulut, enak! Kulit luarnya crunchy, tapi dalemannya fluffy, lembut. Aroma lada-nya yang kuat bikin perkedel ini nendang banget. Enak buat digadoin dan makan satu perkedel nggak kan cukup!

Oh ya, ada satu tips supaya kerenyahan kulit perkedel bertahan lama. Biasanya nih, perkedelnya cuma renyah saat masih panas. Dingin sedikit, langsung melempem. Nah saya sarankan, perkedelnya digoreng 2 kali. Jadi setelah diangkat dari penggorengan, diamkan sebentar perkedelnya lalu goreng sekali lagi. Usahakan waktu penggorengan pertama, perkedelnya jangan digoreng terlalu coklat, agar saat penggorengan kedua warnanya nggak terlalu gelap. Dengan cara digoreng 2 kali, dijamin kulit perkedelnya renyah lebih lama. Selain itu jangan digoreng dengan api kecil ya, karena jika minyaknya kurang panas, adonan perkedel mudah buyar dan minyaknya jadi berbusa. Selamat mencoba!



Thursday, April 24, 2014

Proyek No. 2 : Sayur Lodeh







Selama ini, saya belum pernah nyoba bikin sayur yang namanya Sayur Lodeh. Dulu sepertinya sih pernah bantuin Mamah masak sayur yang hampir mirip Sayur Asem ini. Sekedar bantuin motongin sayurannya aja, tanpa tahu bumbunya seperti apa, hehehe. Alhasil setelah berumah tangga, saya belum pernah sekali pun masak Sayur Lodeh. Padahal, saya sudah menikah hampir 14 tahun! *nutup muka*

Kenapa juga sekarang saya tertarik pengen nyoba bikin Sayur Lodeh? Selain karena bosen dengan sayur sederhana yang itu-itu aja, saya sudah punya satu bungkus paket Sayur Asem (yang sudah ngendon di kulkas berhari-hari) dan perlu 'dieksekusi' secepatnya sebelum keburu berakhir di tempat sampah. Jadi ini adalah first experience masak Sayur Lodeh. 

Setelah ngintip beberapa resep Sayur Lodeh di internet, akhirnya saya memutuskan untuk membuat Sayur Lodeh versi saya sendiri. Saya coba menyederhanakan semua bumbunya terutama santan. Saya kurang begitu suka masakan bersantan. Jadi untuk kali ini, saya hanya memakai santan secukupnya saja dan kebetulan saya pun cuma punya satu bungkus santan instan di kotak persediaan. Intinya sih, ini seperti masak Sayur Asem diberi santan, karena itu saya membuatnya pun dengan bahan-bahan dan bumbu yang sama dengan Sayur Asam. Simple banget.

Resep Sayur Lodeh

Bahan
1 bungkus paket Sayur Asem (biasa ada di tukang sayur) terdiri dari
  • Kacang panjang, dipotong-potong 3 cm
  • Labu, dipotong dadu
  • Jagung, dipotong-potong 2cm lalu belah dua
  • Daun Melinjo, secukupnya
  • Melinjo, secukupnya
Tempe, secukupnya dan dipotong kotak
1 buah terong ungu, dipotong 2cm, belah dua
3 buah cabe hijau, iris 
2 buah cabe merah, iris
3 buah bawang merah, iris-iris
3 buah bawang putih, iris-iris
2 buah daun salam
Lengkuas, 1 ruas ibu jari
1 kotak santan instan, atau sesuai selera (karena kebetulan tidak punya kelapa, saya pakai santan instan saja)
1 sendok makan terasi
Garam 
Gula pasir

Cara memasak

  1. Masukan bumbu iris yaitu bawang merah, bawang putih, lengkuas yang sudah digeprek, daun salam dan terasi ke dalam panci yang sudah diisi sekitar 8-10 gelas air. 
  2. Masukan labu dan melinjo, rebus sampai matang
  3. Masukan terong ungu lalu beri santan, garam dan gula. Aduk perlahan agar santan tidak pecah
  4. Masukan tempe
  5. Masukan jagung
  6. Terakhir, masukan kacang panjang, daun melinjo, cabe hijau dan cabe merah. Aduk sebentar. Setelah dirasa garam dan gulanya pas,  matikan api
  7. Sayur Lodeh siap disajikan

Catatan:
Jika ingin Sayur Lodehnya lebih kental dan gurih, tinggal tambah santannya saja sesuai selera.


 



Ternyata bikin Sayur Lodeh itu simple banget, ya! :)

Friday, April 18, 2014

Proyek No.1 : Gepuk (Nggak Pake Santan Dan Nggak Pake Lama)


Ceritanya anak saya yang nomor dua, Zaki, suka sekali daging Gepuk. Dua  kali saya pernah bikin Gepuk daging sapi yang resepnya saya contek dari hasil Googling di internet. Lumayan berhasil. Tapi kemarin saya nyoba bikin Gepuk daging sapi tanpa resep asli alias improvisasi. Alasannya, karena saya nggak mau ribet, nggak mau pake santan dan  juga karena waktu jam makan sore sudah mepet.                     

Oke, jadi Gepuk yang saya bikin kali ini benar-benar keluar dari pakem resep Gepuk yang sebenarnya, hehehe. Kalau di resep aslinya, daging sapi  direbus dulu baru diiris-iris dan digeprek, nah kalau saya ambil jalur cepat.  Daging sapi di freezer saya keluarkan dan dalam keadaan setengah beku saya iris-iris mengikuti serat. Sekedar cerita nih, dulu saya nekat ngiris dagingnya berlawanan dengan serat. Maksudnya sih biar nanti dagingnya gampang dikunyah. Irisan daging Gepuk yang biasanya mengikuti alur serat itu, kadang alot dan agak lama lumatnya ketika dikunyah. Tapi ternyata, Gepuk yang saya iris berlawanan serat itu akhirnya malah buyar berantakan, jadi mirip serundeng daging! Hahaha, bandel sih. Jadi kali ini saya pun mengikuti aturan mainnya, iris daging sesuai alur serat.

Jadi daging yang sudah diiris  itu saya rebus beserta bumbu seperti bawang putih, lengkuas dan ketumbar yang sudah dihaluskan. Tambahkan garam, gula merah, gula pasir dan sedikit asam jawa. Lalu saat airnya mulai menyusut, matikan kompor. Irisan daging satu persatu digeprek lalu dimasak lagi sampai airnya benar-benar habis. That's it. Tak perlu pakai santan, tak banyak bumbu, masaknya pun cepat. Simpel kan? Makanya Gepuk ini saya beri nama Gepuk Express, hehehe. Dan hasilnya enak banget! Malah menurut saya sih, rasanya jauh lebih enak dibanding dengan Gepuk yang dimasak dengan resep aslinya. Begitu irisan Gepuk-nya digoreng dengan sedikit minyak dan api kecil, warna Gepuknya jadi mengkilat dan terlihat juicy. Disantap dengan taburan bawang goreng dan nasi panas, pas banget deh!



Resep Gepuk Express

  • 1/2 kg  daging sapi setengah beku
  •  1 sdm ketumbar
  • 4 buah bawang putih
  • 3 cm lengkuas
  • 1 sdm garam
  • 1 sdm gula pasir
  • 1 buah gula merah atau lebih sesuai selera
  • Secuil asam Jawa
  • 1000ml air
Cara memasak

  1. Daging diiris agak tipis membentuk segi empat, iris mengikuti alur serat.
  2. Haluskan bawang putih, lengkuas dan ketumbar. Masukan bumbu halus dan irisan daging ke dalam panci yang telah diisi 1000ml air.
  3. Masukan garam, gula pasir, gula merah dan secuil asam Jawa, ratakan. Ungkep daging hingga air setengah menyusut.
  4. Matikan api. Angkat daging satu persatu, geprek hingga agak melebar, masukan kembali ke dalam panci. Masak hingga airnya menyusut habis.
  5. Siapkan wajan anti lengket, beri sedikit minyak goreng.
  6. Goreng daging Gepuk dengan api kecil. 
  7. Sajikan dengan taburan bawang goreng 
Catatan

  • Jika dagingnya tidak dalam kondisi beku (disimpan di freezer sebelumnya), cukup rebus dagingnya terlebih dahulu, diiris, digeprek dan diungkep. Ini memang sesuai resep asli Gepuk. Jika daging sudah disimpan di freezer, diamkan hingga agak mencair. Hal ini supaya daging mudah diiris dan potongan lebih rapi.
  • Goreng daging Gepuk tidak terlalu lama agar dagingnya tidak keras dan gosong.
  • Sisa bumbu ungkepan bisa digoreng lalu dibalurkan ke daging Gepuk yang sudah matang. Bumbu ini akan menambah rasa manis dan gurih pada Gepuk.

Sunday, April 6, 2014

Hotel New Ayuda Puncak

Akhir bulan Maret lalu, suami mengajak kami sekeluarga menikmati Long Weekand di Puncak (Hari Raya Nyepi jatuh pada hari Senin 31 Maret 2014, jadi liburnya tiga hari, Sabtu-Minggu-Senin. Yippiee!). Ceritanya sih, suami emang mau ada acara nge-track sepeda di kawasan Puncak bareng para goweser Tangerang. Nah, berhubung selama ini suami nggak pernah ngajak keluarga setiap acara gowes di luar kota, so kali ini beliau mengajak kami ikut sekalian liburan. Cihuy!

Tapi berhubung cuma punya waktu 2 minggu untuk booking hotel, alhasil beberapa hotel yang cukup terkenal di sekitaran Mega Mendung dan Cisarua, semuanya fully booked untuk Long Weekand minggu depan. Ada memang hotel yang masih punya room yang available. Tapi harganya udah naik selangit!  Waduhhh. Kami bukan yang sering bepergian ke luar kota, lho. Liburan kami ke luar kota bisa dihitung dengan jari, termasuk ke daerah Puncak. Jadi, pengetahuan kami tentang hotel-hotel yang bagus di sana, sangatlah minim. Kalau pun kami menghubungi beberapa hotel yang cukup terkenal dan pernah sekali dua kali menginap di hotel yang lumayan 'wah', bukan berarti kami keluarga tajir nan high class. Justru ya itu tadi, karena keawaman kami jadinya ya..kami hanya tahu hotel-hotel yang terkenal saja. Padahal kalau ada hotel yang lumayan murah, bersih, nyaman, ada kolam renang (maklum bawa krucil), WiFi (maklum krucilnya pun melek gadget, hihi), yaa asal tidak terlihat seperti hotel 'One Night Stand' atau hotel tua yang looks creepy, cukuplah buat kami. Hotel yang seperti ini, inilah yang harus kami cari untuk liburan nanti.

So, mulailah saya berburu hotel yang masih available, yang kira-kira lumayan oke dan harganya nggak 'nyekek' dompet suami, hehehe. Secara rencananya, kami mau menginap selama 2 hari. Yaa...antara 400 ribu - 600 per malam lah kalau ada. Ada nggak ya?

Setelah Googling beberapa kali, akhirnya saya menemukan satu hotel yang...sepertinya ini lumayan oke juga. Dari melihat-lihat gallery fotonya, bangunan hotelnya  bergaya tradisional dan modern minimalis. Ada model rumah-rumah Joglo di antara pesawahan. Interior kamarnya lumayan menarik, furniture-nya juga terlihat modern. Ada fasilitas kolam renang, air panas, WiFi, kolam ikan, terapi ikan, ruang rapat juga playground untuk anak-anak. Hmm, boleh dicoba nih, pikir saya. Hotel New Ayuda namanya.

Dari informasi rate di website-nya sih, hotel ini menyediakan beberapa tipe kamar. Mulai dari tipe Junior Suite seharga Rp 6.000.000 - Rp 6.500.000, Joglo Family seharga Rp 2.650.000 - Rp 2.950.000,  Executive Deluxe seharga Rp 800.000 - Rp 900.000, Joglo seharga Rp 750.000 - Rp 850.000, Deluxe seharga Rp Rp 650.000 - Rp 750.000 dan terakhir Superior seharga Rp 600.000 - Rp 650.000. Lumayan juga harganya. Tapi rata-rata memang rate hotel di kawasan Puncak yang agak miring, memang kisarannya sekitar itu.  Karena masih sesuai budget kami, akhirnya kami putuskan untuk mencobanya. 

Maka suami pun mulai menghubungi hotel ini. Dan Alhamdulillah, ternyata kamarnya masih ada yang kosong serta harganya pun diberi diskon! Tipe Superior yang seharga 600-650 ribu itu ternyata menjadi Rp 407.000! Wow, rezeki emang nggak kemana, kata suami saya. Kami pun akhirnya langsung membooking satu kamar tipe Superior untuk 2 malam. Namun kami masih agak ragu, bagus nggak sih sebenarnya hotel ini? Kok bisa murah ya? Apa jangan-jangan hotelnya sepi hingga rate kamarnya diturunkan? Kami mulai diserang kekhawatiran kalau-kalau hotel ini tidak seperti yang tergambar di website. "Perlu survei dulu nggak?" tanya suami saya. Hahah, masa sih perlu disurvei dulu. Biaya buat ke Puncaknya aja berapa? Bensin? Makan? Jajan? Maka, kami putuskan untuk tetap menginap di hotel ini saja. Lagipula kami sudah kadung booking dan males untuk Googling lagi.

Hari H tiba, kami berangkat Jumat sekitar jam 2 siang  untuk menghindari kemacetan. Perkiraan kami, tol Jagorawi arah Gadog pasti bakal macet parah sore nanti karena bakal banyak yang start liburan selepas jam kerja. Alhamdulillah, perjalanan kami pun lancar dan tiba di Hotel New Ayuda sekitar pukul 16.30 WIB.

 

Cukup mudah juga menemukan hotel ini. Letaknya persis di pinggir jalan Raya Puncak, hanya saja area hotelnya tertutup jajaran toko-toko. Yang terlihat jelas adalah papan namanya yang berdiri di mulut gerbang hotel. Hotel ini berada di sebelah kiri dari arah Gadog. Check point-nya antara Warung Sop Buntut Bang Hadji dan Warung Sate Pak Kadir 2. Seberang hotel ini terdapat jajaran penjual oleh-oleh khas Puncak dan Style Factory Outlet. Begitu masuk ke area dalam maka akan terlihat lekuk bentuk asli hotel ini. Memasuki tempat parkir, kami bisa melihat bangunan bergaya modern minimalis serta sentuhan tradisional dibeberapa sisi. Hotelnya memang tidak begitu besar tapi sentuhan seni arsitekturnya terasa sekali hingga suasana hotel ini indah dilihat. Saya dan suami pun dibuat terkesan dan saling berbisik, "Bagus juga ternyata hotelnya". 


Yap, hotel ini keren juga dan jauh lebih menarik dibanding dilihat di internet. Sementara suami mengurus reservasi, saya dan anak-anak turun melihat daleman hotel ini.


Hotel ini memiliki dua jenis bangunan, yaitu bangunan hotel modern dan bangunan rumah tradisional. Untuk yang bergaya tradisional yaitu rumah-rumah Joglo, lokasinya agak ke dalam. Tapi sebelum masuk ke bagian dalam, di bagian depan hotel pun saya sudah melihat sentuhan tradisional. Ada beberapa saung atau bale bengong di dekat restoran yang bisa dipakai untuk beristirahat sejenak. Di dalam restoran hotelnya pun saya melihat ada sesuatu yang unik. Di salah satu sudutnya, ada semacam dapur terbuka yang didisain mirip dapur di pedesaan. Ada tungku, tumpukan kayu bakar, bonggol-bonggol jagung kering, perabotan dapur jadul seperti ceret, dandang dan lainnya, betul-betul mirip suasana dapur di desa yang masih bersahaja. 



Lalu saya dan anak-anak tertarik dengan kolam terapi ikan di samping restoran hotel. Sekedar mencelupkan jari tangan beberapa kali saja, anak-anak saya sudah berteriak kegelian. Dan begitu kami beranjak ke bagian dalam hotel, rupanya masih ada satu kolam terapi ikan lagi, tepatnya di samping kolam renang. Buat pengunjung hotel yang membawa orang tua, terapi ikan ini boleh dicoba. Jadi selagi anak-anak asyik berenang, kita bisa mengawasi mereka sambil menikmati sensasi gigitan ikan-ikan kecil di kolam terapi atau bisa juga duduk-duduk di saung atau gazebo. Tak jauh dari kolam renang juga ada playground untuk anak-anak.





Nah, ini bagian yang paling unik dari hotel ini yaitu area sawah buatan. Di hotel ini ada semacam petak-petak sawah dan rumah-rumah Joglo yang disewakan untuk pengunjung hotel. Jadi bagi yang ingin merasakan suasana di pedesaan, bangun pagi buka jendela dan pintu langsung memandang pesawahan, rumah Joglo ini bisa jadi pilihan untuk bermalam. Rate per malamnya kalau tidak salah sekitar Rp 750.000 - Rp 850.000. Memang sih, area pesawahannya nggak terlalu besar, hanya sekitar 4 - 6 petak. Tapi lumayanlah jadi ada pemandangan di hotel. Sayang ketika kami datang, petak-petak sawahnya sedang kosong, belum ditanami padi lagi. Alhasil, ikan-ikan sawahlah yang kini mengisi petak-petak itu. Jadi mirip - mirip empang deh, hehehe.


Puas melihat-lihat suasana hotel, akhirnya saya dan anak-anak masuk ke kamar yang sudah dipesan. Ternyata ketika reservasi, kami ditawari kamar Deluxe yang harganya tak beda jauh dari harga Superior yaitu sekitar Rp 470.000! Dan kamar ini tinggal tersisa satu dan untuk satu malam saja. Sikat! Mumpung harganya murah dan belum melebihi budget liburan kami, hehehe. Akhirnya kami menempati kamar Deluxe yang tepat menghadap ke playground dan tak jauh dari kolam renang untuk semalam.



   
kamar Deluxe
Keesokan harinya, sementara suami saya sepedahan bersama teman-teman gowesernya, saya memilih tinggal di hotel dan bersiap untuk pindahan ke kamar Superior. Sebenarnya kamar Superior kami berada di gedung hotel area depan, dekat dengan restoran dan reservasi. Tapi setelah dapat info bahwa view-nya kurang menarik, akhirnya kami memilih kamar yang berada di area dalam, yaitu di bawah ruang pertemuan. Meskipun kamarnya lebih sederhana dibanding di Deluxe (tidak ada mini bar, kasur jenis Twin Bed), menurut kami ini tetap lebih baik, karena kamarnya berhadapan dengan sawah buatan dan rumah-rumah Joglo. Jadi, suasana desanya masih dapet.




























 





kamar Superior

Secara keseluruhan, pengalaman menginap di Hotel New Ayuda cukup memuaskan. Meskipun tidak memiliki view pegunungan khas Puncak, hotel ini cukup asri dan unik, karena memadukan unsur tradisional dan modern pada bangunannya. Rumah-rumah Joglo di area sawah buatan cukup menarik pengunjung hotel. Ada kolam renang dan playground untuk anak-anak, kolam terapi ikan untuk relaksasi. Dan buat yang tak bisa lepas dari gadget, hotel ini menyediakan WiFi yang bisa diakses di kamar hotel. 

Selain itu, lokasi hotel ini cukup strategis, persis di samping Jalan Raya Puncak sehingga memudahkan jika ingin jalan-jalan ke tempat lain. Tempat makan cukup banyak di sekitar hotel. Tinggal berjalan kaki saja, kita bisa memilih tempat makan seperti Bubur Ayam Cianjur, Sate Kadir 2, Rumah Makan Padang, Sop Buntut Bang Hadji atau  Bebek Bengis. Indomaret juga tak jauh dari gerbang hotel, jadi kalau kehabisan susu, popok bayi atau cemilan, tidak usah repot mengeluarkan mobil mencari mini market. Kalau ingin membeli oleh-oleh khas Puncak atau kekurangan persediaan baju selama libur, cukup menyeberang dari gerbang hotel saja. Di sana ada jajaran kios oleh-oleh Puncak dan Style Factory Outlet yang bisa dikunjungi. Dan dari hotel menuju Cimory Riverside, hanya sekitar 700 meter saja. Strategis kan?

Jadi besok-besok, kalau kehabisan hotel di Puncak, hotel ini bisa jadi alternatif. Juga buat yang ingin berlibur dengan budget berbatas seperti kami (hehehe), jangan khawatir. Masih banyak kok hotel yang cukup murah tapi kualitasnya mewah, contohnya Hotel New Ayuda ini. Hotel ini menurut kami cukup recommended jika ingin berlibur ke Puncak. Insya Allah, nanti akan saya share lagi pengalaman menginap di hotel lain di kawasan Puncak. Saya akan coba hotel-hotel yang harganya cukup terjangkau dengan kualitas oke. Yaa...asalkan suami mau ngajak saya dan anak-anak aja tiap kali sepedahan di Puncak, hehehe

Buat yang mau liburan di Puncak, selamat berlibur ya! :)




Hotel New Ayuda di malam hari